Kim Yulia Devi Ristanti Write's

Kim Yulia Devi Ristanti Write's

Selasa, 13 Desember 2011

LESBIAN


            Keberadaan Kaum lesbian memang sudah tidak asing lagi didengar dan dilihat. Karena tidak sedikit komunitas itu dengan bangganya menunjukkan eksistensinya dihadapan publik. Sungguh tak biasa jika orang awam yang melihat dan menilainya, tapi fenomena yang tersaji adalah mereka-mereka yang mengaku berlesbian tersebut tidak merasa ragu mengatakan dan memamerkan kedekatan emosional mereka didepan publik. Di Indonesia, sekelompok lesbian dan homo tidak tanggung-tanggung mempublikasikan komplotannya ke masyarakat dengan cara membentuk komunitas lesbian. Rasa malu sudah tidak lagi menjadi penghalang, bahkan kaum mereka lebih bangga mempertahankan status bias gendernya kepada publik.
            Cukup beragam faktor-faktor penyebab dari munculnya sekelompok orang yang mengaku dan menunjukkan status mereka sebagai seorang homo atau lesbian. Terdapat beberapa faktor yang memungkinkan seseorang itu menjadi homoseksual atau lesbian. Faktor yang paling utama adalah faktor keluarga, pengalaman atau trauma yang dialami pada masa kanak-kanak dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak tersebut. Misalnya pada saat anak tersebut dikasari oleh ibu atau bapaknya dan kurangnya sentuhan kasih sayang yang diberikan orang tua pada anaknya sehingga si anak beranggapan bahwa semua lelaki atau perempuan itu dapat bersikap kasar dan mudah bertindak brutal yang memungkinkan anak tersebut benci pada golongan itu.
            Selain faktor keluarga, faktor lingkungan pergaulan pun memiliki kemungkinan dapat mempengaruhi seseorang menjadi gay atau lesbian, misalnya orang tersebut terlalu sering bergaul dengan kelompok lesbi atau homo sehingga dia pun merasa tertarik dan ingin bergabung secara mendalam dengan kelompok lesbi atau gay tersebut. Faktor lain yang bisa dikatakan sebagai faktor pendorong seseorang menjadi lesbian atau homo adalah faktor biologis.
            Bagi kelompok lesbian perilaku tersebut bukanlah hal yang menyeramkan atau bahkan bukan sesuatu hal yang dapat merugikan orang lain. Sebagian dari mereka beranggapan bahwa keberadaannya sama sekali bukan untuk mengganggu kehidupan orang lain yang normal tapi hanya untuk memuaskan hasrat seksualnya dengan sesama jenis.
            Pada kasus ini dapat dikaji dengan teori feminis radikal-libetarian dan teori feminis radikal-kultural. Menurut feminis radikal-libetarian bahwa koedt memberikan alasan yang kuat bagi perempuan untuk hanya melibatkan diri dalam apa yang disebut sebagai heteroseksualitas yang bukan merupakan keharusan. Karena perempuan tidak membutuhkan tunuh laki-laki untuk mencapai kenikmatan seksual, perempuan tidak seharusnya terlibat di dalam tubuh laki-laki, kecuali jika ia menginginkannya. Disini dapat diuraikan bahwa wanita memiliki hak untuk tidak berhubungan seks dengna laki-laki dan diperbolehkan memilih berhubungan seks dengan perempuan atau sesama jenis, dan seorang lesbian telah membuktikan teori feminis radikal-libetarian benar. Mereka tidak membutuhkan tubuh laki-laki untuk mendapat suatu kenikmatan seks, karena mereka dapat menemukan kenikmatan itu dengan sesama perempuan. Didalam radikal-libetarian ini juga mengandung faktor-faktor penyebab perempuan menjadi lesbian, misalnya adalah rasa trauma pada laki-laki (pernah mendapat tindak kekerasan atau melihat tindak kekerasan pada masa kecilnya yang dilakukan oleh ayahnya), rasa kecewa terhadap laki-laki. Saya sempat membaca sebuah blog yang berisi tentang suara perih perempuan lesbian, ada yang menyatakan menjadi lesbian setelah beberapa kali merasakan kekecewaan terhadap laki-laki yang dulunya adalah pacarnya, yang terakhir dia ditinggal pacarnya pada saat mengandung janin diliuar nikah. Dia harus pergi ketempat yang jauh dari daerah asalnya dengna membayar teman laki-lakinya untuk menjadi suami bohongan, pada saat anaknya lahir mereka berpisah. Dan pada sat itu dia tidak percaya lagi dengan yang namanya laki-laki dan mulai berhubungan dengan seorang perempuan yang lesbian, dia yang awalnya normal karena rasa kecewa mwnjadi seorang lesbian. Anak yang dilahirkanya adalah laki-laki, dan dia telah memberi pengertian pada anaknya tentang hidup, anaknya memberikan kebebasan pada ibunya untuk memilih hidupnya sendiri termasuk menjadi seorang lesbian. Saat ini dia tinggal bersama anak laki-lakinya dan pasangan lesbiannya. Msyarakat sekitar tempat tinggalnya juga menerima dia dengna baik, walaupun dia tidak tahu tentang pembicaraan apa yang mereka bicarakan pada saat mereka tidak ada.
            Berlawanan dengan feminis radikal-libertarian, feminis radikal kultural menafsirkan bahwa Koert menyiratkan karena tidak ada alasan psikologis bagi perempuan untuk berhubungan seksual dengan laki-laki, tidak ada alasan feminis bagi perempuan untuk menginginkan hubungna seksual dengan seorang laki-laki. Disini saya melihat bahwa lesbian juga muncul karena sebuah gen yang memang ada dalam tubuh seorang perempuan. Gen yang dimiliki perempuan tersebut lebih banyak gen laki-laki, seperti halnya seorang laki-laki yang mempunyai lebih banyk gen perempuan maka dian akan cenderung berprilaku sepreti porempuan. Begitu juga yang dialami seorang perempuan, jikan gen dalam tubuhnya didominasi gen laki-laki maka perempuan akan cenderung bertingkah seperti laki-laki yang akhirnya dapat menjadikannya seorang lesbian.
            Hidup adalah sebuah pilahn, manusia dapat memilih apa yang menurutnya benar. Apapun pilihannya itu, sebagai manusia kita harus menghargai setiap keputusan hidup seseorang karena itu merupakan pilihan hidupnya. begitu juga untuk seseorang yang memilih untuk menjadi lesbian menurut pendapat saya itu kembali pada pilihan hidup seseorang tentu dengan dilatarbelakangi oleh kedua faktor diatas tersebut. nah sebagai kaum heteroseksual, beruntunglah kita bahwa kita masih memiliki orientasi sex yang tepat pada jalurnya, untuk kita yang beruntung ini tidak berarti menjadi besar kepala dan cenderung menilai kaum orientasi seksual menyimpang adalah kaum yang terbelakang (karena hubungan sejenis dalam agama dilarang=jika kita bisa membawa kearah yang benar, baguslah itu, jika tidak menurut pendapat gue, dosa itu urusan yang bersangkutan sama Tuhannya) Tugas kita hanyalah menghargai perbedaan yang ada, bukan menghujat atau menghakimi. terkadang kita perlu melihat ke diri kita sendiri. sudahkah kita menjadi orang yang benar? menghargai pilihan hidup seseorang sama saja menghargai hak kita sebagai manusia, untuk urusan dosa saya rasa biar yang bersangkutan saja yang mempertanggungjawabkan. Inilah hidup, dimana kita bisa menghargai perbedaan yang ada.

4 komentar:

  1. Sangat menarik artikelnya.Menurut saya kaum lesbian maupun homo yang merebak diIndonesia itu memang benar sekali akibat beberapa faktor yang ada diatas.Faktor terbesar adalah faktor kluarga,kluarga yang rusak atau BROKEN HOME.Mereka biasannya beranggapan bahwa berpasangan lawan jenis akn menjadikkan permusuhan,maka dari itu merekka lebih memilih untuk berpasangan sejenis yang itu merupakan tindakkan menyimpang dan sangat dilarang oleh agama.Tetapi semua itu kembali pada kepribadingan individu masing - masing.Saran saya para orang tua harus benar - benar menjaga keharmonisan keluarganya dan memberikkan pendidikan agama yang kuat agar putra putrinya terhindar dari hal - hal yang menyimpang.terima kasih

    BalasHapus
  2. artikel diatas bagus sekali tapi yang saya tanyakan adalah : apakah artikel tersebut kamu tulis sendiri atau copy paste dari orang lain ? jika dari orang lain tolong diberi nama pengarangnya.

    BalasHapus
  3. @Hendri
    terima kasih udah komen yang positif diblog saya, dan saya juga setuju tetang pendapat saudara bahwa orangtua harus menjaga anaknya dari hal2 yang menyimpang. gamsahamnida... ^^\/

    @Andika
    Terima kasih atas sarannya, artikel diatas saya tulis dari membaca berbagai tulisan yang menyatakan tentang fakta pada kaum lesbian. dan tentang sumber yang tidak saya cantumkan itu adalah kekhilafan saya, terima kasih sudah diingatkan.
    Gamsahamnida... ^^\/

    BalasHapus
  4. .saya kurang setuju dengan pendapat mas hendri..menurut saya, lesbian itu tidak disebabkan oleh faktor BROKEN HOME..tapi lebih ke pribadi masing2 saja apakah dirinya dapat mengendalikan apa yang harusnya dilakukan sewajarnya???mksh...

    BalasHapus