Kim Yulia Devi Ristanti Write's

Kim Yulia Devi Ristanti Write's

Kamis, 08 Desember 2011

“PENGARUH STRATEGI MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS KELAS X SMA N 1 DEMPET”


PROPOSAL PENELITIAN

I.                   JUDUL
“PENGARUH STRATEGI MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS KELAS X SMA N 1 DEMPET”

II.                LATAR BELAKANG
Sistem pendidikan dewasa ini dikembangkan dan diarahkan untuk menjadi sistem pendidikan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pusat kegiatan penelitian yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan masa sekarang dan masa yang akan datang. Lembaga pendidikan bertanggung jawab untuk menghantarkan seorang  siswa untuk mencapai sukses di lapangan kerja dan menerapkan ilmu serta memiliki kepekaan sosial yang cukup untuk menganalisa, mengevaluasi, dan menciptakan sesuatu yang positif
Proses belajar dan mengajar disekolah pada umumnya tidak terlepas dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai jembatan para siswa untuk mengenali globalisasi informasi dunia. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik (Slameto, 2003:1)
Di samping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Asumsi dasar ialah proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Ada korelasi antara proses pengajajaran dengan hasil yang dicapai. Semakin besar uasaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran, semakin tinggi pula hasil atau produk yang dicapai siswa (Nana Sudjana, 2009:37).
Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa diperlukan strategi mengajar guru yang tepat. Strategi mengajar adalah tindakan nyata dari guru atau praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu, yang dinilai lebih efektif dan lebih efisien, dengan perkataan lain strategi mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan atau praktek mengajar di kelas. Politik atau taktik tersebut hendaknya mencerminkan langkah-langkah secara sistemik dan sistematik. Sistemik mengandung pengertian bahwa setiap komponen belajar-mengajar saling berkaitan satu sama lain sehingga terorganisasikan secara terpadu dalam mencapai tujuan. Sedangkan sistematik mengandung pengertian bahwa langkah-langkah yang dilakukan guru pada waktu mengajar berurutan secara rapi dan logis sehinggga mendukung tercapainya tujuan (Nana Sudjana, 2009:147).
Penggunaan strategi guru dalam mengajar sangat diperlukan untuk mempermudah proses pembelajaran siswa sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Tanpa strategi yang jelas proses belajar mengajar tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tidak berlangsung sesuai dengan rencana. Guru sangat berperan dalam menentukan cara yang dianggap efektif  untuk membelajarkan siswa, baik di sekolah maupun di luar  jam sekolah, misalnya dengan memberikan pekerjaan rumah. Ketidakpedulian guru terhadap pembelajaran siswa akan membawa kemerosotan bagi perkembangan siswa. Guru yang sering memberikan latihan-latihan dalam rangka pemahaman materi akan menghasilkan siswa yang lebih baik bila dibandingkan dengan guru yang hanya sekedar menjelaskan dan tidak memberi tindak lanjut secara kontinu, dengan kata lain, prestasi belajar siswa sangat ditentukan oleh strategi mengajar guru yang akan menciptakan kebiasaan belajar pada siswa.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Strategi Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Sosiologi Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Dempet.”
III.             PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.         Adakah pengaruh strategi mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas X SMA N 1 Dempet?
2.         Seberapa besarkah pengaruh strategi mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa  mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas X SMA N 1 Dempet?

IV.             TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1.         Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh strategi mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas X SMA N 1 Dempet.
2.         Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh strategi mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas X SMA N 1 Dempet.

V.            MANFAAT PENELITIAN
1.      Manfaat Teoritis
a.    Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi penelitian selanjutnya dan khususnya mengenai strategi mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi.
b.   Menguji Hipotesis yang diajukan.
2.      Manfaat Praktis
a.    Bagi mahasiswa untuk menambah khasanah bacaan sekaligus sebagai bahan kajian selanjutnya.
b.   Bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan pengalaman melakukan penelitian dan menulis karya ilmiah.




VI.         TINJAUAN PUSTAKA
              Berdasarkan penelitian terlebih dahulu yang dilakukan oleh Winarti, dengan judul “Pengaruh Strategi Guru Mengajar Dan Strategi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu Kelas VII Di SMP Negeri 5 Ungaran”. Dalam penelitiannya mengkaji tentang strategi mengajar guru pada siswa SMP di mata pelajaran IPS.
              Beda penelitian saya dengan penelitian terdahulu adalah disini ditekankan pada bagaimana cara atau strategi mengajar guru pada siswa SMA yang notabennya siswa remaja.
VII.      LANDASAN TEORI
      A. Pengertian Belajar
                           Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2). Belajar adalah kerangka kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik (Djamarah, 2002:13). Menurut Anni (2006:16) ada 3 unsur pokok tentang pengertian belajar, adalah sebagai berikut:
1.      Adanya perubahan perilaku
2.      Adanya proses pengalaman
3.      Lamanya waktu perubahan perilaku yang dimiliki oleh pembelajar yang berbentuk perubahan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
         Pengertian belajar dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh perubahan perilaku individu yang disebabkan oleh proses pengalaman, baik yang menyangkut kognitif, afektif, maupun psikomotorik.




B. Pengertian Prestasi Belajar
                        Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru (Purwodarminto 1976:70). Prestasi belajar merupakan hasil dari adanya rencana dan pelaksanaan proses belajar, sehingga diperlukan informasi-informasi yang mendukung disertai dengan data yang objektif dan memadai (Rusyan 1994:21).
         Kedua pendapat ahli di atas mengenai prestasi belajar dapat disimpulkan bahwa pretasi belajar adalah kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes. Penilaian ini dapat berupa angka atau huruf.
B.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu faktor intern yang bersumber pada diri siswa dan faktor ekstern yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor intern terdiri dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat , minat, motivasi, kematangan, kesiapan dan kelelahan, sedangkan faktor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Menurut Mudzakir dan Sutrisno (1997: 155-168) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan kedalam dua faktor yaitu, faktor intern (faktor dalam diri manusia) dan faktor ekstern (faktor dari luar manusia). Faktor-faktor tersebut meliputi:
1. Faktor intern (faktor dalam diri manusia), Faktor ini meliputi:
a. Faktor fisiologi (yang bersifat fisik) yang meliputi:
   1) Sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya ransangan yang diterima melalui inderanya lama, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal dalam pelajarannya.           
2) Kurang sehat
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan pikirannya terganggu, karena hal-hal tersebut penerimaan dan respon terhadap pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola, menginterprestasi, dan mengorganisasi materi pelajaran melalui inderanya sehingga ia tidak dapat memahami makna materi yang dipelajarinya.
3) Cacat tubuh
Cacat tubuh dibedakan atas dua golongan, yaitu:
a. Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, dan gangguan psikomotor.
b. Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu dan sebagainya.
Bagi seseorang yang memiliki cacat tubuh ringan masih dapat mengikuti pendidikan umum, dengan syarat guru memperhatikan dan memperlakukan siswa dengan wajar, sedangkan bagi orang yang memiliki cacat tubuh serius harus mengikuti pendidikan di tempat khusus seperti Sekolah Luar Biasa (SLB).
b. Faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani), Faktor psikologi meliputi:
1) Bakat
Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnyaa, apabila seseorang harus mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya, ia akan cepat bosan, mudah putus asa dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau mengikuti pelajaran sehingga nialinya rendah.
2) Minat
Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhanya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan menimbulkan problema pada diri anak. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan dan aktif tidaknya dalam proses pembelajaran.
4) Motivasi
Motivasi sabagai faktor dalam (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, sehimgga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah dan giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya, sebaliknya, mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatianya tidak tertuju pada pelajaran, suka menggangu kelas dan sering meninggalkan pelajaran, akibatnya mereka banyak mengalami kesulitan belajar.
5) Faktor kesehatan mental
Belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik. Individu di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan, seperti: memperoleh penghargaan, dapat kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain, apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa masalah-masalah emosional dan akan menimbulkan kesulitan belajar.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, faktor ini meliputi:
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama, yang termasuk faktor ini antara lain:
1) Perhatian Orang tua
Lingkungan keluarga setiap individu atau siswa memerlukan perhatian orang tua dalam mencapai prestasi belajarnya, karena perhatian orang tua ini akan menentukan seseorang siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi. Perhatian orang tua diwujudkan dalam hal kasih sayang, memberi nasihat-nasihat dan sebagainya.
2) Keadaan ekonomi orang tua
Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi belajar siswa, kadang- kala siswa merasa kurang percaya diri dengan keadaan ekonomi keluarganya, akan tetapi, ada juga siswa yang keadaan ekonominya baik, tetapi prestasi belajarnya rendah atau sebaliknya siswa yang keadaan ekonominya rendah malah mendapat prestasi belajar yang tinggi.
3) Hubungan antara anggota keluarga
Suatu keluarga harus terjadi hubungan yang harmonis antar personil yang ada, dengan adanya hubungan yang harmonis antara anggota keluarga akan mendapat kedamaian, ketenangan dan ketentraman, hal ini dapat menciptakan kondisi belajar yang baik, sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik pula.
b. Lingkungan Sekolah
Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan sekolah, meliputi:
1) Guru, yang meliputi:
Guru merupakan salah satu faktor lingkungan sekolah yang berperan penting dalam mencapai prestasi belajar siswa. Guru sebagai subjek dalam pendidikan yang bertugas untuk mentransfer ilmu kepada siswa, maka seorang guru harus dapat menguasai bahan pelajaran yang akan ditransfer dan dapat menyampaikan dengan baik serta dapat menguasai dan mengontrol kondisi kelas siswa.
2) Faktor alat
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian kurang efektif, terutama pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratotium akan banyak menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar dan guru cenderung menggunakan metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi siswa sehingga tidak menutup kemungkinan akan menghambat prestasi belajar siswa.


3) Kondisi gedung
Kondisi gedung terutama ditunjukkan pada ruang kelas atau ruang tempat proses belajar mengajar.
Ruang harus memenuhi syarat kesehatan seperti:
a) Ruang harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dan sinar dapat masuk ruangan
 b)  Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor
 c)  Lantai tidak becek, licin atau kotor
 d) Keadaan gedung yang jauh dari keramaian seperti pasar, bengkel, pabrik, dan  lain-lain, sehingga siswa mudah konsentrasi dalam belajar.
            Indikator prestasi belajar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah faktor intern yang meliputi faktor psikologi yang terdiri dari bakat, minat, motivasi, faktor kesehatan mental, sedangkan faktor eksternalnya yaitu lingkungan sekolah yang terdiri dari guru, faktor alat dan kondisi gedung (Slameto, 2003:54).
C. STRATEGI MENGAJAR
            Strategi mengajar menurut Nana Sudjana (2009:147) adalah tindakan nyata dari guru atau praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu, yang dinilai lebih efektif dan lebih efisien, dengan perkataan lain strategi mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan atau praktek mengajar di kelas. Politik atau taktik tersebut hendaknya mencerminkan langkah-langkah secara sistemik dan sistematik. Sistemik mengandung pengertian bahwa setiap komponen belajar-mengajar saling berkaitan satu sama lain sehingga terorganisasikan secara terpadu dalam mencapai tujuan. Sedangkan sistematik mengandung pengertian bahwa langkah-langkah yang dilakukan guru pada waktu mengajar berurutan secara rapi dan logis sehinggga mendukung tercapainya tujuan.
Menurut Nana Sudjana (2009:147), ada tiga hal pokok yang diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi mengajar. Pertama adalah tahapan mengajar, kedua adalah penggunaan model atau pendekatan mengajar, dan ketiga penggunaan prinsip mengajar.


1)      Tahap Mengajar
Secara umum ada tiga tahapan pokok dalam strategi mengajar, yakni tahap pemula (prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional), dan tahap penilaian dan tindak lanjut.

        1.1  Tahap Prainstruksional

                 Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau oleh siswa pada tahapan ini :
a.       Guru menanyakan kehadiran siswa, dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan salah satu  tolok ukur kemampuan guru mengajar.
b.      Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan sebelumnya, hal ini bukan karena soal guru sudah lupa, tetapi menguji kembali ingatan siswa terhadap bahan yang telah dipelajarinya.
c.       Mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya, hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai dimana pemahaman materi yang telah diberikan, apakah masih diingat atau tidak.
d.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.
e.       Mengulang kembali bahan pelajaran sebelumnya secara singkat tetapi mencangkup semua aspek bahan yang telah dibahas sebelumnya, hal ini dilakukan sebagai dasar bagi pelajaran yang akan dibahas hari itu, dan sebagai usaha dalam menciptakan kondisi belajar siswa.
     1.2  Tahap Instruksional
                        Tahap kedua adalah tahap pengajaran atau tahap inti, yaitu tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi dalam beberapa kegiatan sebagai berikut:
a.    Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa. Tujuan pengajaran sebaiknya ditulis secara ringkas di papan tulis sehingga dapat dibaca dan dipahami oleh semua siswa.
b.   Menuliskan pokok materi yang akan dibahasa pada hari itu. Pokok materi tersebut dapat diambil dari buku sumber yang telah disipakan sebelumnya.
c.    Membahas pokok materi yang telah diajarkan. Pembahasan materi dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu: pertama, pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topik secara lebih khusus. Cara kedua, dimulai dari topik khusus menuju topik umum. Cara yang paling baik bergantung pada guru masing-masing.
d.   Setiap pokok meteri yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh konkrit. Siswa juga harus diberikan pertanyaan atau tugas untuk mengetahui tingkat pemahaman dari setiap pokok materi yang telah dibahas, dengan demikian penilaian tidak hanya pada akhir pelajaran saja tetapi juga pada saat pengajaran berlangsung, jika ternyata siswa belum memahaminya maka guru mengulang kembali pokok materi yang telah diajarkan, demikian seterusnya sampai semua pokok materi yang telah diajarkan selesai dibahas.
e.    Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi. Alat bantu ini digunakan dalam empat fase kegiatan yakni, (a) pada waktu guru menjelaskan kepada siswa, (b) pada waktu guru menjawab pertanyaan siswa sehingga jawaban lebih jelas, (c) pada waktu guru mengajukan pertanyaan kepada siswa atau pada waktu guru memberi tugas kepada siswa dan, (d) digunakan siswa pada waktu ia mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan pada waktu siswa melakukan kegiatan belajar.
f.   Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi. Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokok pembahasannya ditulis di papan tulis umtuk dicatat  siswa. Kesimpulan ini dapat pula dibuat oleh siswa, pada kegiatan ini siswa diberi waktu untuk mencatat kesimpulan pelajaran dengan bertanya kepada teman-temannya atau mendiskusikannya kepada kelompok.


1.3  Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahapan yang ketiga atau yang terakhir dari strategi mengajar guru adalah tahapan evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut. Tujuan tahapan ini ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua (tahapan instruksional). Kegiatan yang dilakukan antara lain:
a.    Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa siswa mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada tahapan kedua. Pertanyaan yang diajukan bersumber dari bahan pengajaran. Pertanyaan dapat diajukan kepada siswa secara lisan maupun tertulis. Berhasil tidaknya tahapan kedua, dapat dilihat dari dapat atau tidak nya siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru, apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh kurang dari 70% dari jumlah siswa maka proses pengajaran (tahapan kedua) dikatakan belum berhasil. Guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai siswa. Teknik pembahasan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dapat dijelaskan oleh guru itu sendiri atau menyuruh siswa yang sudah dianggap menguasai untuk menjelaskannya. Kedua, diadakan diskusi kelompok untuk membahas pokok materi yang belum dikuasai. Ketiga, memberikan tugas pekerjaan rumah yang berhubungan dengan pokok materi yang belum dikuasai melalui kegiatan mandiri. Cara yang akan dipilih diserahkan semuanya kepada guru.
b.   Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberi informasi pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya. Informasi ini dilakukan agar siswa dapat mempelajari bahan tersebut dari sumber-sumber yang dimilikinya.
                 Ketiga tahapan yang telah dibahas di atas merupakan satu rangkaian yang terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh, di sinilah letak keterampilan profesional seorang guru khususnya dalam melaksanakan strategi mengajar.

2. Pendekatan Mengajar
        Tinggi rendahnya kadar kegiatan belajar banyak dipengaruhi oleh pendekatan mengajar yang digunakan guru. Ada beberapa pendapat mengenai pendekatan mengajar. Richard Anderson mengajukan dua pendekatan, yakni pendekatan yang berorientasi kepada guru (teacher centerd) dan pendekatan yang berorientasi kepada siswa (student centered). Pendapat lainnya dikemukakan oleh massialas yang mengajukan dua pendekatan, yakni pendekatan ekspositeri dan pendekatan inquiry.
Kedua pendapat di atas pada hakikatnya sama, hanya nama dan istilahnya saja yang berbeda, sedangkan Bruce Joyce mengemukakan empat kategori, yakni model informasi, model personal, model interaksi sosial dan model tingkah laku. Berikut ini dijelaskan beberapa model atau pendekatan mengajar.
a.       Pendekatan ekspositeri atau model informasi
Pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru atau pengajar. Pendekatan ini diharapkan siswa dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan guru, serta mengungkapkan kembali apa yang telah dimilikinya melalui respon yang ia berikan pada saat diberikan pertanyaan oleh guru. Komunikasi yang digunakan guru dalam interaksinya dengan siswa menggunakan komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi, oleh sebab itu kegiatan belajar siswa kurang optimal, sebab terbatas kepada mendengarkan uraian guru, mencatat, dan sekali-kali bertanya kepada guru.
b.      Pendekatan inquiry
Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah. Peranan guru dalam pendekatan inquiry adalah sebagai pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas guru adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah dan membimbing serta mengawasi siswa, namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.
     Pendekatan inquiry dapat dilaksanakan apabila memenuhi syarat-syarat: (a) guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas (persoalan bersumber dar bahan pelajaran yang menantang siswa) dan sesuai dengan daya nalar siswa, (b) guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, (c) adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup, (d) adanya  kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi, (e) partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar, dan (f) guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.
3. Prinsip Mengajar
        Prinsip mengajar atau dasar mengajar merupakan usaha guru dalam menciptakan dan mengkondisi situasi belajar-mengajar agar siswa melakukan kegiatan belajar secara optimal. Beberapa prinsip mengajar yang paling utama harus digunakan antara lain prinsip kooperasi dan kompetisi, aplikasi dan transformasi, dan individualitas. Berikut ini penjelasan ketiga prinsip tersebut.
a)         Kooperasi dan Kompetisi
Kerjasama siswa dalam kegiatan belajar sangat penting dilaksanakan, bukan hanya sekedar memperoleh hasil yang optimal tetapi juga merupakan usaha memupuk sikap gotong royong, toleransi, kepekaan sosial, saling menghargai dan memupuk keterampilan mengadakan interaksi sosial. Belajar bersama akan menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa. Kompetisi atau persaingan dapat juga diterapkan dalam proses belajar-mengajar asalkan dalam bentuk persaingan kelompok, bukan persaingan dalam bentuk individual atau perorangan, misalnya segi kecepatan melaksanakan pekerjaan atau tugas, ketepatan jawaban dari tugas yang dikerjakannya, kerapihan tugas, kebersamaan dalam melaksanakan tugas belajar, dan lain-lain.
b)         Aplikasi dan Transformasi
     Aplikasi dan transformasi atau pemakaian dan pemindahan merupakan hal penting dalam kegiatan belajar. Pengingatan kembali bahan atau informasi yang sudah dipelajari akan muncul apabila dihadapkan pada situasi baru yang serupa. Proses ini dikatakan transformasi atau pemindahan. Latihan dan pengulangan merupakan upaya yang menunjang prinsip pemindahan. Pemakaian atau aplikasi pada hakikatnya menerapkan prinsip atau konsep bahan dalam mememcahkan persoalan. Guru dapat menunjukkan dan mengarahkan siswanya terhadap penggunaan bahan atau informasi yang diberikan dalam praktek kehidupan nyata para siswa. Prinsip aplikasi dan transformasi ini penting untuk mencapai hasil belajar siswa tahan lama.
c)         Individualitas
     Tidak ada dua orang individu yang sama baik dari psikis maupun dari segi fisik. Kemampuan siswa sebagai individu berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut nampak pula dalam minat, perhatian, sikap, cara belajar, kebiasan belajar, motivasi belajar, dan lain-lain, demikian pula untuk menyesuaikan pengajaran kepada orang demi orang bukanlah cara yang bijaksana. Prinsip individual tidak berati memberi pelayanan secara perorangan, akan tetapi menyesuaikan dengan kemampuan rata-rata para siswa, memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa yang memerlukannya, memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk melakukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya, dan lain-laina, dalam suatu praktek pengajaran, prinsip individual bisa digunakan guru dalam beberapa cara, antara lain memberi tugas-tugas individual sehingga siswa belajar secara mandiri sesuai dengan caranya sendiri.
                 Indikator yang digunakan dalam strategi mengajar guru dalam penelitian ini pertama adalah tahapan mengajar, kedua penggunaan pendekatan mengajar, dan ketiga penggunaan prinsip mengajar (Nana Sudjana, 2009:147).



Kerangka Berfikir:


GURU
 
 



STRATEGI MENGAJAR
 




 



            Kerangka berfikir merupakan dimensi-dimensi kajian utama, faktor-faktor kunci, variabel-variabel dan hubungan antara dimensi-dimensi yang disusun dalam bentuk narasi. Dari kerangka berpikir diatas penulis ingin mengungkapkan bahwa apakah ada pengaruh startegi mengajar guru dengan prestasi siswa.
Hipotesis:
Berdasarkan permasalahan dan teori yang dikumpulkan, maka hipotesis yang penulis ajukan sebagai dugaan sementara adalah sebagai berikut:

2 komentar: